Ukhuwah Islamiyah
Ukhuwah Islamiyah, dan kepedulian sesama muslim
Bila kita ingin melihat seperti apa praktek ukhuwah imaniyah yang dilakukan di era nubuwah, maka kisah para Sahabat nabi adalah gambaran yang paling ideal . Mereka mampu mewujudkan gambaran mukmin yang satu dengan lainnya seperti bangunan yang saling menguatkan.
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mengasihi dan menyayangi adalah seperti sebuah tubuh, jika salah satu anggotanya merasa sakit, maka anggota-anggota tubuh yang lain juga ikut merasakan sakit”. HR. Muslim
Riwayat Al-Baihaqi dalam Asy Syu’ab menyebutkan, salah seorang sahabat Nabi SAW suatu hari diberi hadiah berupa kepala kambing, kemudian ia berkata “Sesungguhnya si fulan dan keluarganya lebih membutuhkan ini daripada kita.” Kemudian ia mengirimkan hadiah tersebut kepada yang lain, dan secara terus-menerus hadiah itu dikirimkan dari satu orang ke orang yang lain sampai akhirnya kembali kepada sahabat yang pertama kali memberikan.
Abdurrahman bin Auf juga mengisahkan bahwa ketika sampai di Madinah, Rasulullah SAW mempersaudarakan dirinya dengan Sa’ad bin Ar Rabi’. Saat Abdurrahman datang, Sa’ad berkata, “Sesungguhnya aku adalah orang Anshar yang paling kaya. Aku akan bagikan untukmu separuh hartaku, dan silakan kau pilih mana di antara dua istriku yang kau inginkan, maka akan aku lepaskan ia untuk kau nihahi.” Namun Abdurrahman berkata, “Tidak usah, aku tidak membutuhkan yang demikian itu.” .
Begitulah praktek ukhuwah di masa generasi terbaik. Sikap amanah, jujur, adil, terpercaya (shidq), itsar (lebih mengutamakan orang lain), adalah paket lengkap keadaan mereka yang menjadikan ukhuwah itu sedemikian indah dirasa. Sebab kehidupan mereka terbebas dari segala bentuk fitnah yang membuat ukhuwah menjadi rusak dan cacat. Lalu bagaimana membangun ukhuwah di zaman fitnah?
Bila kita ingin melihat seperti apa praktek ukhuwah imaniyah yang dilakukan di era nubuwah, maka kisah para Sahabat nabi adalah gambaran yang paling ideal . Mereka mampu mewujudkan gambaran mukmin yang satu dengan lainnya seperti bangunan yang saling menguatkan.
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mengasihi dan menyayangi adalah seperti sebuah tubuh, jika salah satu anggotanya merasa sakit, maka anggota-anggota tubuh yang lain juga ikut merasakan sakit”. HR. Muslim
Riwayat Al-Baihaqi dalam Asy Syu’ab menyebutkan, salah seorang sahabat Nabi SAW suatu hari diberi hadiah berupa kepala kambing, kemudian ia berkata “Sesungguhnya si fulan dan keluarganya lebih membutuhkan ini daripada kita.” Kemudian ia mengirimkan hadiah tersebut kepada yang lain, dan secara terus-menerus hadiah itu dikirimkan dari satu orang ke orang yang lain sampai akhirnya kembali kepada sahabat yang pertama kali memberikan.
Abdurrahman bin Auf juga mengisahkan bahwa ketika sampai di Madinah, Rasulullah SAW mempersaudarakan dirinya dengan Sa’ad bin Ar Rabi’. Saat Abdurrahman datang, Sa’ad berkata, “Sesungguhnya aku adalah orang Anshar yang paling kaya. Aku akan bagikan untukmu separuh hartaku, dan silakan kau pilih mana di antara dua istriku yang kau inginkan, maka akan aku lepaskan ia untuk kau nihahi.” Namun Abdurrahman berkata, “Tidak usah, aku tidak membutuhkan yang demikian itu.” .
Begitulah praktek ukhuwah di masa generasi terbaik. Sikap amanah, jujur, adil, terpercaya (shidq), itsar (lebih mengutamakan orang lain), adalah paket lengkap keadaan mereka yang menjadikan ukhuwah itu sedemikian indah dirasa. Sebab kehidupan mereka terbebas dari segala bentuk fitnah yang membuat ukhuwah menjadi rusak dan cacat. Lalu bagaimana membangun ukhuwah di zaman fitnah?
Komentar
Posting Komentar